Kamis, 17 April 2008

PERAN OTAK PADA KUALITAS ANAK (Hadjat S Digdowirogo)

Penulis, Lita (Cucu)

“..hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran “ (QS Al Baqarah : 269). Begitu akal ditempatkan sebagai prasyarat seseorang dalam memahami agama, suatu tuntunan hidup dari Al Khaliq kepada mahluk yang diciptakan-Nya. Akal yang merupakan hasil pengolahan berbagai input yang masuk ke seseorang melalui berbagai indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan . Meskipun input yang masuk sama, tetapi respons yang dikeluarkan oleh orang yang berbeda bisa berlainan. Kenapa ?. Otak sebagai prossesor akal seseorang tumbuh dan kembang dengan pola

khusus yang sama, tetapi menerima pengaruh yang berbeda-beda antara orang satu dengan orang yang lain. Pembentukan otak (susunan saraf pusat/SSP), dimulai pada hari ke-28 setelah konsepsi, melalui beberapa tahapan. Sel-sel saraf (neuron) mengalami proliferasi (menjadi bertambah banyak), mengalami organisasi menjadi bagian-bagian otak dengan fungsinya masing-masing. Neuron mempunyai serabut saraf yang membentuk jejaring (networking) yang disebut glia. Proses organisasi ini berjalan bulan kelima dalam kandungan sampai beberapa tahun setelah bayi dilahirkan. Glia mengalami proliferasi dengan cepat, sehingga otak bertambah besar. Terjadi proses mielinisasi, yaitu pembungkusan serabut saraf dengan selaput yang terdiri dari zat lemak, yang terjadi sejak trimester kedua dalam kandungan sampai usia dewasa. Proses ini dikontrol secara genetik dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik dalam masa kandungan (pranatal) maupun setelah dilahirkan (pascanatal).

Genetik ibu (faktor internal) yang berpengaruh sebesar 50 persen, tidak

dapat dimanipulasi prosesnya, tetapi pengaruh luar genetik (faktor eksternal)

Penulis, dengan Talitha(anak Mia)

yang berpengaruh 50 persen sisanya, dapat diupayakan lebih baik dan lebih sempurna. Faktor eksternal yang berasal dari ibu misalnya kurang gizi (malnutrisi), toksin / zat teratogen, rokok, alkohol, narkoba, obat terlarang, radiasi, penyakit yang diderita Ibu (asma, penyakit jantung, kencing manis dsb), infeksi intrauterin, kedaan sosial ekonomi. Kelainan plasenta yang mengganggu proses pertukaran oksigen dan nutrien antara ibu dengan bayinya, juga berperan besar dalam menentukan kualitas kehamilan. Kesulitan persalinan yang menyebabkan bayi kekurangan oksigen (asfiksia) akan mempengaruhi kualitas otak bayi. Otak merupakan organ yang paling sensitif terhadap kekurangan oksigen. Setelah dilahirkan banyak hal yang bisa mengganggu pertumbuhan otak anak, misalnya malnutrisi, infeksi pada SSP, hiperbilirubinemia, trauma, dsb.

Apa yang dikemukakan diatas adalah proses pertumbuhan, suatu proses dimana yang kecil menjadi besar, yang pendek menjadi panjang, yang sedikit menjadi banyak. Sebagai proses fisik diperlukan bahan pembangun (nutrien). Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrien terbaik untuk bayi setelah dilahirkan. Ilmuwan kedokteran mengakui bahwa ASI memenuhi kebutuhan 100 persen kebutuhan bayi berumur 0-6 bln, memenuhi kebutuhan 60-70 persen pada usia 6-12 bulan (oleh karena itu diperlukan makanan pendamping ASI yang adekuat), dan pada usia lebih dari 12 bulan ASI hanya memenuhi kebutuhan 30 persen. Disinilah peran pentingnya pemahaman Ibu tentang pentingnya ASI dan nutrisi dirinya sendiri, sehingga terjamin tersedianya ASI untuk bayinya. Bagi seorang Muslimah memberikan ASI merupakah salah satu bentuk mengikuti perintah Allah SWT (QS Al Baqarah: 233). Kebijakan ASI eksklusif ini harus disebar luaskan melalui segala cara untuk memberi keyakinan lebih kuat kepada Ibu dan keluarga. Telah dibuktikan bahwa ASI memiliki banyak keuntungan dan kelebihan. Komposisi terdiri dari nutrient-nutrien sesuai dengan kebutuhan bayi, serta yang bisa diterima oleh alat pencernaannya. Kalau dalam susu formula ditambahkan taurin, DHA (docosahexaenoic acid), AA (arachidonat acid), zat besi, probiotik dsb, membuktikan bahwa susu formula meniru untuk bisa mendekati ASI. ASI banyak mengandung zat untuk menangkal bibit penyakit, sehingga dapat mencegah timbulnya diare, mengurangi kemungkinan infeksi saluran nafas atas, infeksi telinga bagian tengah, infeksi pada otak. Keuntungan lain yang harus diketengahkan meliputi kepraktisan dalam cara pemberian, yang selalu hangat, steril dan siap minum. Dengan dicegahnya terpaparnya protein asing terlalu dini ( protein susu sapi), maka juga dapat mengurangi resiko alergi, mencegah kerusakan gigi. Belum lagi pengaruhnya yang sangat kuat dalam terjadi hubungan emosi yang hangat antara Ibu dengan bayinya. Pada masa antara pertengahan kehamilan sampai bayi berumur 2 tahun pertama kehidupan, otak lebih sensitif terhadap nutrisi. Pada saat tersebut terbentuk sinaps (hubungan antar sel otak), dendrit (cabang neuron) dan mielinisasi secara cepat.

Kelahiran prematur lebih banyak dijumpai pada ibu perokok (aktif maupun pasif), peminum alkohol. Dengan terpaparnya asap rokok maka resiko timbulnya masalah alergi pada bayi setelah dilahirkan akan lebih besar. Infeksi TORCH ( Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegaloviirus, Herpes Virus), sangat berbahaya bagi bayi yang dikandung. Hemolisis (pecahnya sel darah merah) berlebihan pada bayi, jika tidak diketahui dan tidak ditolong secara cepat dan benar, akan menimbulkan hiperbilirubinemia, yang jika melebihi kadar tertentu, dapat mengendap di jaringan otak dan menimbulkan kerusakan permanen. Ancaman terhadap berbagai infeksi oleh mikroba, sebagian dapat diatasi dengan berbagai imunisasi yang telah berhasil dikembangkan oleh ilmu kedokteran.

Aspek lain yang berjalan seiring dengan pertumbuhan (growth) adalah perkembangan (development). Perkembangan adalah proses kemajuan dalam bidang fungsi organ. Tiap organ mengalami proses tumbuh dan kembang mengikuti pola tertentu, yang berbeda antara organ satu dengan lainnya.

Kualitas otak tergantung kepada kualitas sinaps. Semakin banyak sinaps semakin kompleks kemampuan otak. Pembentukan sinaps (sinaptogenesis) yang dimulai sejak kehamilan 23-25 minggu sampai umur 3 tahun, berlangsung secara cepat dan banyak., diikuti dengan penurunan kepadatan sinaps pada umur 8-18 tahun. Terbentuknya sinaps memerlukan stimulasi (rangsangan) lingkungan. Stimulasi yang adekuat adalah stimulasi yang dikerjakan secara berulang, konsisten, teratur, bervariasi dan selesai (tuntas). Dengan lingkungan yang kaya stimulasi ini akan meningkatkan percabangan dendrit (meningkatkan kemampuan kognitif), meningkatkan proliferasi dan stabilitas sinaps, merubah sirkuit yang ada atau membentuk sirkuit baru.

Perkembangan otak ini menciptakan bertambahnya kemampuan anak. Kemampuan anak meliputi : kemampuan persepsi, kemampuan pengolahan (prosesing), penyimpanan (memory), pemanggilan kembali (retriev), dan kemampuan ekspresi (output, respons). Untuk menilai kecerdasan anak, saat ini metode problem solving yang dianggap paling sesuai.

Bagaimana sekarang aplikasinya ? Perlu disadari bahwa stimulasi sangat beragam metodanya. Tidak hanya berbentuk kegiatan yang terpola permainan saja, tetapi semua perilaku anggota keluarga, yang berbentuk perbuatan, ucapan, sentuhan, dsb dapat merupakan stimulasi kepada bayi sejak masih didalam kandungan. Beberapa panduan praktis antara lain :

  1. Nutrisi seimbang sejak Ibu mengandung dan setelah bayi dilahirkan.
  2. ASI eksklusif 0-6 bulan, diikuti dengan makanan pendamping ASI adekuat.
  3. Mencegah lingkungan yang berpengaruh negatif terhadap proses tumbuh kembang bayi/anak (kebersihan, rokok, alkohol, narkoba, kekerasan, dsb). Tayangan televisi perlu diseleksi, dijauhkan dari unsur kekerasan, sadisme, pornoaksi dan pornografi.
  4. Imunisasi sesuai perkembangan kedokteran yang ada.
  5. Stimulasi terhadap bayi sejak dari dalam kandungan, melalui jalur visual, pendengaran, perabaan (touching). Pada program pemantauan antenatal terdapat terapi musik. Sistem ini dapat diperluas, dengan memperdengarkan juga alunan ayat-ayat suci Al Qur’an, atau yang sudah biasa dikerjakan setelah dilahirkan, kepada bayi diperdengarkan suara adzan. Suasana keluarga yang penuh kasih sayang, damai, agamis, demokratis, saling menghargai satu dengan yang lain.
  6. Setelah bayi lahir, maka dapat diterapkan motode bermain, yang dilakukan setiap kali berinteraksi dengan anak. Rangsangan meliputi rangsangan sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian, kreativitas. Rangsangan-rangsangan ini dapat dengan mempergunakan suara, musik, bicara, perabaan, gerakan, menyanyi,membaca, menggambar, memecahkan masalah, dsb.

Stimulasi ini harus dikerjakan dengan rasa kasih sayang, gembira, setiap hari, berulang, konsisten, bervariasi, dan selesai (tuntas). Semua hal diatas harus sudah diketahui sejak sebelum seseorang memasuki jenjang perkawinan. Setiap calon Ibu dan calon ayah perlu mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan dan ketrampilan meng - asuh, asih dan asah bakal anaknya nanti.